Mengenal Nama Allah Al-Hadi
Dalam kehidupan ini, setiap manusia membutuhkan petunjuk agar dapat menempuh jalan yang benar dan selamat, baik di dunia maupun di akhirat. Tanpa petunjuk, seseorang akan mudah tersesat. Oleh karena itu, Allah, dengan rahmat dan hikmah-Nya, memperkenalkan diri-Nya sebagai Al-Hadi, Zat Yang Maha Pemberi petunjuk.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas dalil-dalil yang menetapkan nama Allah Al-Hadi, kandungan maknanya, serta konsekuensi dari sisi hamba dalam menyikapi nama yang agung ini. Semoga Allah memberikan hidayah-Nya bagi kita semua. Amin.
Dalil nama Allah “Al-Hadi“
Nama Al-Hadi disebutkan dalam dua ayat dalam Al-Qur’an, yaitu:
Pertama: Firman Allah Ta’ala,
وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Dan sesungguhnya Allah benar-benar memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Hajj: 54)
Kedua: Firman Allah Ta’ala,
وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِياً وَنَصِيراً
“Dan cukuplah Tuhanmu sebagai Pemberi petunjuk dan Penolong.” (QS. Al-Furqan: 31) [1]
Kandungan makna nama Allah “Al-Hadi“
Untuk mengetahui kandungan makna dari nama Allah tersebut dengan menyeluruh, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu makna kata “Al-Hadi” secara bahasa, kemudian dalam konteksnya sebagai nama Allah Ta’ala.
Makna bahasa dari “Al-Hadi“
Al-Hadi merupakan bentuk isim fa’il (kata pelaku) dari kata ( هدى – يهدي – هُدًى وهَدْيًا وهِدايةً ). Artinya adalah ( الرَّشادُ والدّلالةُ ), yaitu petunjuk dan bimbingan. [2]
Ibnu Faris rahimahullah (w. 395 H) mengatakan,
(هدي) الْهَاءُ وَالدَّالُ وَالْحَرْفُ الْمُعْتَلُّ: أَصْلَانِ [أَحَدُهُمَا] التَّقَدُّمُ لِلْإِرْشَادِ، وَالْآخَرُ بَعْثَةُ لَطَفٍ.
“Kata ( هدي ) terdiri dari huruf ha’, dal, dan huruf mu’tal, memiliki dua akar makna: (1) mendahului untuk memberi petunjuk, dan (2) mengantarkan dengan kelembutan.” [3]
Selain itu, al-huda juga bermakna penjelasan. [4]
Sedangkan al-hadi ( الهادي ) secara bahasa bermakna ( الدليل ), yaitu pemberi petunjuk. [5]
Makna “Al-Hadi” dalam konteks Allah
Az-Zajjajiy (w. 337 H) rahimahullah mengatakan,
الله عز وجل الهادي يهدي عباده إليه ويدلهم عليه وعلى سبيل الخير والأعمال المقربة منه عز وجل.
“Allah Azza Wajalla adalah Al-Hadi, yang memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya menuju diri-Nya, menunjukkan mereka kepada-Nya, serta kepada jalan kebaikan dan amal-amal yang mendekatkan mereka kepada-Nya.” [6]
Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya di surah al-Hajj ayat 55,
{وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}أَيْ: فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، أَمَّا فِي الدُّنْيَا فَيُرْشِدُهُمْ إِلَى الْحَقِّ وَاتِّبَاعِهِ، وَيُوَفِّقُهُمْ لِمُخَالَفَةِ الْبَاطِلِ وَاجْتِنَابِهِ، وَفِي الْآخِرَةِ يَهْدِيهِمْ إِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ، الْمُوصِلِ إِلَى دَرَجَاتِ الْجَنَّاتِ، وَيُزَحْزِحُهُمْ عَنِ الْعَذَابِ الْأَلِيمِ وَالدَّرَكَاتِ.
“{Dan sesungguhnya Allah benar-benar memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus}. Yaitu, di dunia dan akhirat. Di dunia, Allah menunjukkan mereka kepada kebenaran dan menguatkan mereka untuk mengikutinya, serta memberikan taufik untuk menyelisihi kebatilan dan menjauhinya. Di akhirat, Allah akan membimbing mereka menuju Shirathal Mustaqim, jalan yang mengantarkan mereka kepada derajat-derajat surga, serta menyelamatkan mereka dari azab yang pedih dan jurang-jurangnya.” [7]
Syekh Abdul Razzaq Al-Badr hafizhahullah berkata,
«الهادي»: هو الذي يهدي عباده ويرشدهم ويدلهم إلى ما فيه سعادتهم في دنياهم وأخراهم، وهو الذي بهدايته اهتدى أهل ولايته إلى طاعته ورضاه، وهو الذي بهدايته اهتدى الحيوان لما يصلحه واتقى ما يضره.
“Al-Hadi adalah Zat yang memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, membimbing mereka, serta menunjukkan mereka kepada segala sesuatu yang membawa kebahagiaan bagi mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan hidayah-Nya, para wali-Nya mendapatkan petunjuk untuk menaati-Nya dan meraih keridaan-Nya. Dengan hidayah-Nya pula, seluruh hewan mengetahui hal yang bermanfaat baginya dan menjauhi hal yang membahayakannya.” [8]
Kemudian, beliau hafidzahullaah merincinya dengan mengatakan, “Berikut ini penjelasan lebih mendalam mengenai macam-macam hidayah yang dikaitkan dengan Allah, sebagaimana tercakup dalam nama-Nya, “Al-Hadi”:
Pertama: Hidayah ‘ammah (Petunjuk umum)
Petunjuk yang diberikan Allah kepada setiap makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mempertahankan eksistensinya. Petunjuk ini mencakup seluruh hewan dan manusia, baik yang dapat berbicara maupun tidak, burung-burung di udara, binatang liar, dan seluruh makhluk hidup lainnya.
Kedua: Hidayah irsyad wa bayan (Petunjuk berupa bimbingan dan penjelasan bagi mukallaf)
Ini adalah hujah (bukti) Allah atas makhluk-Nya, yang menjelaskan mana yang benar dan mana yang salah. Allah tidak akan menghukum seorang pun sebelum petunjuk ini ditegakkan kepadanya, yaitu dengan disampaikan kepadanya kebenaran melalui wahyu dan rasul.
Ketiga: Hidayah taufiq wa ilham (Petunjuk berupa taufik, ilham, dan ketenangan hati untuk menerima kebenaran dan rida dengannya)
Ini adalah petunjuk khusus dari Allah yang membuat seseorang mendapatkan taufik untuk menerima kebenaran, merasakan keimanan dalam hatinya, dan tunduk kepada perintah Allah dengan penuh keikhlasan. Petunjuk ini tidak bisa diberikan oleh manusia, tetapi semata-mata adalah anugerah dari Allah kepada hamba-Nya yang dikehendaki.
Keempat: Hidayah ke surga atau neraka pada hari kiamat
Ini adalah petunjuk Allah kepada manusia di akhirat. Allah akan membimbing orang-orang beriman menuju surga dan menjauhkan mereka dari neraka, sementara orang-orang kafir akan digiring menuju azab yang telah ditetapkan bagi mereka.” [9]
Baca juga: Mengenal Nama Allah “Al-‘Aziz”
Konsekuensi dari nama Allah “Al-Hadi” bagi hamba
Penetapan nama “Al-Hadi” bagi Allah Ta’ala memiliki banyak konsekuensi, baik dari sisi sifat dan pengkhabaran terhadap Allah, maupun dari sisi hamba. Berikut ini beberapa konsekuensinya dari sisi hamba:
Pertama: Beriman bahwa Allah adalah Al-Hadi (Zat yang memberi petunjuk)
Seorang hamba wajib meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya pemberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, yang menjelaskan kepada mereka jalan kebenaran dan keimanan. Allah memberikan petunjuk ini melalui para rasul yang diutus-Nya, kitab-kitab suci yang diturunkan-Nya, yang berisi firman-Nya, tanda-tanda kebesaran-Nya di langit dan bumi, dan semua bentuk hidayah yang telah disebutkan sebelumnya.
Kedua: Menaati Rasulullah ﷺ
Seorang muslim tidak mungkin mendapatkan petunjuk, kecuali dengan mengikuti Rasulullah ﷺ, sebagaimana firman Allah,
وَإِن تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
“Dan jika kamu menaatinya (Rasulullah), niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah) dengan jelas.” (QS. An-Nur: 54)
Mengikuti petunjuk Nabi ﷺ (mutaba’ah) adalah salah satu syarat dari dua syarat diterimanya amal saleh, yaitu ikhlas dan mutaba’ah. [10]
Ketiga: Merasakan kebergantungan dan kebutuhannya kepada Allah dalam mendapatkan petunjuk
Seorang hamba harus menyadari betapa ia sangat membutuhkan Allah dalam segala urusannya, baik yang berkaitan dengan agama maupun dunia. Ia harus selalu meminta kepada Allah agar diberi petunjuk kepada jalan yang benar, serta dijauhkan dari kesesatan dan penyimpangan.
Merenungkan makna nama “Al-Hadi” akan membuat seseorang semakin sadar bahwa tanpa petunjuk dari Allah, ia tidak akan mampu mencapai kebaikan dan keselamatan. [11]
Keempat: Memperbanyak doa meminta hidayah dalam setiap keadaan
Umat Islam diperintahkan untuk selalu meminta hidayah kepada Allah dalam setiap rakaat salatnya, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Fatihah,
اهدِنَا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7)
Rasulullah ﷺ yang merupakan qudwah kita, beliau sering berdoa,
اللهمَّ إني أسْألك الهُدَى والتُّقَى؛ والعَفافَ والغِنَى
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu hidayah, ketakwaan, kesucian diri, dan kecukupan.” (HR. Muslim no. 2721) [12]
Ya Allah, tunjukkanlah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan jalan mereka yang sesat.
Baca juga: Mengenal Nama Allah “Al-Ilah”
***
Rumdin PPIA Sragen, 7 Ramadan 1446
Penulis: Prasetyo Abu Ka’ab
Artikel Muslim.or.id
Referensi utama:
Ibn Faris, Abu Al-Husain Ahmad bin Zakariya. Maqayis Al-Lughah. Tahqiq dan revisi oleh Anas Muhammad Al-Syami. Cetakan Pertama. Kairo: Dar Al-Hadith, 1439.
Al-Fayyumi, Ahmad bin Muhammad. Al-Mishbahul Munir fi Gharib As-Syarhil Kabir. Cetakan Pertama. Damaskus: Darul Faihaa, 2016.
Al-Badr, Abdur Razzaq. 2015. Fiqhul Asma’il Husna. Cet. ke-1. Mesir: Dar ‘Alamiyah.
An-Najdi, Muhammad Al-Hamud. 2020. An-Nahjul Asma fi Syarhil Asma’il Husna. Cet. ke-8. Kuwait: Maktabah Imam Dzahabi.
Catatan kaki:
[1] An-Nahju Al-Asma, hal. 491.
[2] Al-Bayan, hal. 338; Al-Mishbah, hal. 654; Isytiqaq Asma’ Allah, hal. 188. Lihat juga An-Nahju Al-Asma, hal. 491.
[3] Maqayis Al-Lughah, hal. 933.
[4] Al-Fayyumi (w. sekitar 770 H) dalam Al-Mishbah Al-Munir, hal. 654.
[5] Isytiqaq Asma’ Allah, hal. 187.
[6] ibid
[7] Tafsir Ibnu Katsir, 5: 446.
[8] Fiqh Al-Asma’, hal. 133.
[9] Ringkasan dari Fiqh Al-Asma’, hal. 134-136.
[10] Disarikan dari An-Nahjul Asma, hal. 493.
[11] Fiqh Al-Asma’, hal. 136.
[12] Disarikan dari An-Nahju Al-Asma, hal. 495-497.
Artikel asli: https://muslim.or.id/104110-mengenal-nama-allah-al-haadi.html